ZONNKKK!!

Minggu, 20 November 2011

annahape.com/2010/09/27/tip-100menata-interior-ruangan-sempit/Menata interior ruangan berukuran kecil kerap memusingkan Anda. Sementara kebutuhan untuk menyimpan barang dan koleksi Anda seolah tidak bisa dikompromikan. Sebutlah sebuah kamar tidur ukuran pas-pasan 2×3 meter. Banyak fungsi harus diemban sekaligus. Mulai dari kasur untuk tidur, pakaian, buku-buku sampai peralatan hobby.
Ruang tamu dan keluarga tidak hanya harus dijejali dengan kursi tamu, televisi, dan pajangan. Tetapi juga koleksi sovenir, koran/majalah, tempat sepatu sampai payung dan helm Anda. Bahkan mungkin meja dan kursi makan. Begitulah kesulitan yang dialami para pemilik rumah kecil trumah kecil atau apartemen tipe studio.
Menyiasati Sedari Awal
Gbr1. Contoh desain bagian dalam lemari pakaian
Sebelum persoalan itu benar-benar memusingkan Anda, Anda perlu menyiasati sejak awal sebelum menghuni rumah. Yaitu memperhitungkan dan membuat daftar sejak awal apa saja barang-barang yang akan Anda ijinkan masuk dalam rumah atau dalam sebuah ruangan.
Yang saya maksudkan barang-barang non furniture dan furniture. Non furniture misalnya pakaian, peralatan sekolah/kantor dan peralatan dapur. Sedangkan furniture adalah tempat dimana barang-barang itu akan diletakan, selain menampung fungsi lain.
Dengan begitu Anda tahu bahwa tidak ada barang yang tidak mempunyai tempat. Selain itu, Anda juga tahu lebih detail furniture jenis apa, ukuran dan fungsinya yang memenuhi kriteria Anda.
Misalnya, untuk Lemari Pakaian. Dengan list itu, Anda sudah dapat membayangka kira-kira berapa ukuran lemari pakaian serta pembagian laci dan ruang di dalam almari. Gambar 1 memperlihatkan sebuah contoh desain bagian dalam almari pakaian yang disesuaikan dengan fungsi dan kebutuhan klien.
Mendesain Bagian Dalam dan Luar
Pada intinya yang saya mau katakan adalah ketika Anda memikirkan sebuah furniture Anda harus mempertimbangkan dua hal. Yaitu desain bagian dalam dan bagian luar. Menjatuhkan pilihan pada tampak luar saja, baru menyelesaikan setengah masalah. Anda harus mempertimbangkan fungsi di bagian dalamnya.
Dalam contoh di bawah ini saya memperlihatkan baik desain luar maupun desain dalam sebuah kitchen set. Ketika mendesain bagian dalam, kami melakukan banyak diskusi dengan pemilik. Antara lain tentang barang-barang yang akan disimpan di dalam kabinet lemari. Mana yang sering dipakai dan jarang dipakai serta, aktivitas memasak apa saja yang cukup sering dikerjakan.
Gbr 2 Desain bagian dalam dan luar sebuah Kitchen Set
Dengan cara itu dapat dikatakan desain yang baik memenuhi dua unsur yaitu indah dibagian luar, dan fungsional di bagian dalamnya.
Storage dan Lemari Built-in
Lemari built in adalah lemari yang dipasang pada ceruk sebuah tembok, sehingga permukaan lemari sejajar dengan keseluruhan dinding/tembok. Lemari built-in yang di desain sampai langit-langit rumah akan menyediakan ruang yang cukup besar, namun kehadirannya tidap perlu membuat ruangan menjadi sempit.
Wogg, seorang desainer Jerman, mencoba memperlihatkan sebuah lemari built-in yang dipasang di ruang tamu/living room rumah kecil. Lemari itu difungsikan sebagai storage untuk barang-barang yang sering dipakai ke luar rumah, seperti sepatu, topi dan jas hujan/payung. Semuanya barang-barang remeh temeh yang kerap mengganggu interior karena tidak ditata dengan baik.
Gbr 3. Contoh desain lemari built in untuk storage (Karya Wogg)
Inti keseluruhan tips dari saya kali ini adalah: kalau memanfaatkan jasa desainer interior mungkin diluar pertimbangan Anda, sementara mengisi dan menata rumah sudah mendesak. Jangan pergi ke toko furniture yang siap menjual barang jadi. Anda dapat mencari pengrajin furniture atau pembuat lemari. Diskusikanlah dengannya  detail fungsi-fungsi bagian dalam dari furniture yang Anda pesan. Sampaikanlah ukuran dan jumlah barangnya secara tepat.
Dengan demikian  tidak ada barang yang tercecer karena tidak punya tempat. Atau ukuran furniturenya serba tanggung sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara optimal.

Teori Dasar Pencahayaan

Cahaya hanya merupakan satu bagian dari berbagai jenis gelombang elektromagnetis yang terbang ke angkasa. Gelombang tersebut memiliki panjang dan frekuensi tertentu, yang nilainya dibedakan dari energi cahaya lainnya dalam spektrum elektromagnetisnya.

Cahaya dipancarkan dari suatu benda dengan fenomena sebagai berikut:
• Pijar, benda padat dan cair memancarkan radiasi yang dapat dilihat bila dipanaskan sampai suhu tertentu. Intensitas meningkat dan penampilan menjadi semakin putih jika suhu naik.
• Muatan Listrik, jika arus listrik dilewatkan melalui gas,maka atom dan molekulnya akan memancarkan radiasi, dimana spektrumnya merupakan karakteristik dari elemen yang ada.
• Electro Luminescence, Cahaya dihasilkan jika arus listrik dilewatkan melalui padatan tertentu seperti semikonduktor atau bahan yang mengandung fosfor.
• Photo luminescence, radiasi pada salahsatu panjang gelombang diserap, biasanya oleh suatu padatan dan dipancarkan kembali pada berbagai panjang gelombang. Bila radiasi yang dipancarkan kembali tersebut merupakan fenomena yang dapat terlihat, maka radiasi tersebut disebut fluorescence atau phosphorescence.

Cahaya nampak, seperti yang dapat dilihat pada spektrum elektromagnetik, diberikan dalam Gambar 1, menyatakan gelombang yang sempit diantara cahaya ultraviolet (UV) dan energi inframerah (panas). Gelombang cahaya tersebut mampu merangsang retina mata, yang menghasilkan sensasi penglihatan yang disebut pandangan. Oleh karena itu, penglihatan memerlukan mata yang berfungsi dan cahaya yang nampak.
• Lumen: Satuan flux cahaya; flux dipancarkan didalam satuan unit sudut padatan oleh suatu sumber dengan intensitas cahaya yang seragam satu candela. Satu lux adalah satu lumen per meter persegi. Lumen (lm) adalah kesetaraan fotometrik dari watt, yang memadukan respon mata “pengamat standar”. 1 watt = 683 lumens pada panjang gelombang 555 nm.
• Efficacy Beban Terpasang: Merupakan iluminasi/terang rata-rata yang dicapai pada suatu bidang kerja yang datar per watt pada pencahayaan umum didalam ruangan yang dinyatakan dalam lux/W/m².
• Perbandingan Efficacy Beban Terpasang: Merupakan perbandingan efficacy beban target dan beban terpasang.
• Luminaire: Luminaire adalah satuan cahaya yang lengkap, terdiri dari sebuah lampu atau beberapa lampu, termasuk rancangan pendistribusian cahaya, penempatan dan perlindungan lampu-lampu, dan dihubungkannya lampu ke pasokan daya.
• Lux: Merupakan satuan metrik ukuran cahaya pada suatu permukaan. Cahaya rata-rata yang dicapai adalah rata-rata tingkat lux pada berbagai titik pada area yang sudah ditentukan. Satu lux setara dengan satu lumen per meter persegi. Tinggi mounting: Merupakan tinggi peralatan atau lampu diatas bidang kerja. Efficacy cahaya terhitung: Perbandingan keluaran lumen terhitung dengan pemakaian daya terhitung dinyatakan dalam lumens per watt.
• Indeks Ruang: Merupakan perbandingan, yang berhubungan dengan ukuran bidang keseluruhan terhadap tingginya diantara tinggi bidang kerja dengan bidang titik lampu.
• Efficacy Beban Target: Nilai efficacy beban terpasang yang dicapai dengan efisiensi terbaik, dinyatakan dalam lux/W/m².
• Faktor pemanfaatan (UF): Merupakan bagian flux cahaya yang dipancarkan oleh lampu-lampu, menjangkau bidang kerja. Ini merupakan suatu ukuran efektivitas pola pencahayaan.
• Intensitas Cahaya dan Flux: Satuan intensitas cahaya I adalah candela (cd) juga dikenal dengan international candle. Satu lumen setara dengan flux cahaya, yang jatuh pada setiap meter persegi (m2) pada lingkaran dengan radius satu meter (1m) jika sumber cahayanya isotropik 1-candela (yang bersinar sama ke seluruh arah) merupakan pusat isotropik lingkaran. Dikarenakan luas lingkaran dengan jari-jari r adalah 4πr2, maka lingkaran dengan jari-jari 1m memiliki luas 4πm2, dan oleh karena itu flux cahaya total yang dipancarkan oleh sumber 1- cd adalah 4π1m. Jadi flux cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya isotropik dengan intensitas I adalah:
Flux cahaya (lm) = 4π × intensitas cahaya (cd)

Perbedaan antara lux dan lumen adalah bahwa lux berkenaan dengan luas areal pada mana flux menyebar 1000 lumens, terpusat pada satu areal dengan luas satu meter persegi, menerangi meter persegi tersebut dengan cahaya 1000 lux. Hal yang sama untuk 1000 lumens, yang menyebar kesepuluh meter persegi, hanya menghasilkan cahaya suram 100 lux.

Hukum kuadrat terbalik

Hukum kuadrat terbalik mendefinisikan hubungan antara pencahayaan dari sumber titik dan jarak. Rumus ini menyatakan bahwa intensitas cahaya per satuan luas berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari sumbernya (pada dasarnya jari-jari).

E = I / d²

Dimana
E = Emisi cahaya,
I = Intensitas cahaya
d = jarak
Bentuk lain dari persamaan ini yang lebih mudah adalah:
E1 d1² = E2 d2²

Jarak diukur dari titik uji ke permukaan yang pertama-tama kena cahaya – kawat lampu pijar jernih, atau kaca pembungkus dari lampu pijar yang permukaannya seperti es.
Contoh: Jika seseorang mengukur 10 lm/m² dari sebuah cahaya bola lampu pada jarak 1 meter, berapa kerapatan flux pada jarak setengahnya?
Penyelesaian:
E1m = (d2 / d1)² * E2
= (1,0 / 0,5)² * 10
= 40 lm/m²

Suhu Warna

Suhu warna, dinyatakan dalam skala Kelvin (K), adalah penampakan warna dari lampu itu sendiri dan cahaya yang dihasilkannya. Bayangkan sebuah balok baja yang dipanaskan secara terus menerus hingga berpijar, pertama-tama berwarna oranye kemudian kuning dan seterusnya hingga menjadi “putih panas”. Sewaktu-waktu selama pemanasan, kita dapat mengukur suhu logam dalam Kelvin (Celsius + 273) dan memberikan angka tersebut kepada warna yang dihasilkan. Hal ini merupakan dasar teori untuk suhu warna. Untuk lampu pijar, suhu warna merupakan nilai yang “sesungguhnya”; untuk lampu neon dan lampu dengan pelepasan intensitas tinggi (HID), nilainya berupa perkiraan dan disebut korelasi suhu warna. Di Industri,“suhu warna” dan “korelasi suhu warna” kadang-kadang digunakan secara bergantian. Suhu warna lampu membuat sumber cahaya akan nampak “hangat”, “netral” atau “sejuk”. Umumnya, makin rendah suhu, makin hangat sumber, dan sebaliknya.

Perubahan Warna

Kemampuan sumber cahaya merubah warna permukaan secara akurat dapat diukur dengan baik oleh indeks perubahan warna. Indeks ini didasarkan pada ketepatan dimana serangkaian uji warna dipancarkan kembali oleh lampu yang menjadi perhatian relatif terhadap lampu uji, persesuaian yang sempurna akan diberi angka 100. Indeks CIE memiliki keterbatasan, namun cara ini merupakan cara yang sudah diterima secara luas untuk sifat-sifat perubahan warna dari sumber cahaya.

Kesalah pahaman yang umum terjadi adalah bahwa suhu warna dan perubahaan warna keduanya menjelaskan sifat yang sama terhadap lampu. Selain itu, suhu warna menjelaskan penampilan warna sumber cahaya dan cahaya yang dipancarkannya. Perubahan warna menjelaskan bagaimana cahaya merubah warna suatu objek.